13 research outputs found

    Manajemen Montir Dalam Perbaikan Mesin Berdasarkan Simulasi Discrete-Event (Studi Kasus: PT. ISTW Semarang)

    Full text link
    Untuk meningkatkan performansi sistem produksi, diperlukan adanya sistem perawatan mesin-mesin produksi yang baik. Perawatan dikelompokkan menjadi preventive maintenance dan corrctive maintenance. Perawatan preventive dilakukan secara berkala untuk memperpanjang umur mesin dan juga untuk mencegah terjadinya kerusakan mesin produksi ketika digunakan. Sedangkan perawatan korektif dilakukan hanya pada saat mesin produksi mengalami kerusakan. Dalam Kenyataan, mesin produksi mengalami kerusakan pada saat proses produksi berlangsung meski telah dilakukan perawatan preventive pada mesin tersebut. Untuk kerusakan seperti itu diperlukan corrective maintenance agar proses produksi tidak terhenti terlalu lama. Peran montir sangat penting untuk menangani kerusakan mesin dalam corretive maintenance. Penelitian ini menyajikan suatu model simulasi yang menggambarkan beberapa cara mengelola montir, yatu dalam penugasan montir. Cara yang pertama adalah penugasan montir tanpa memperhatikan prioritas kerusakan dan banyaknya montir yang dialokasikan sama untuk setiap kerusakan. Cara kedua adalah penugasan montir dengan memperhatikan prioritas kerusakan dan banyaknya montir sama untuk setiap kerusakan. Cara ketiga adalah penugasan montir dengan memperhatikan prioritas kerusakan dan alokasi montir yang disesuaikan dengan tingkat kerusakan yang akan diperbaiki. Dari analisa output, cara pertama penugasan montir memberikan hasil banyaknya pipa baja yang dihasilkan adalah 343.308 batang pipa. Cara penugasan kedua memberikan hasil sebanyak 345.614 batang pipa. Cara penugasan ketiga hasil memberikan hasil sebanyak 353.263 batang pipa baja

    Penentuan Kebijakan Pengiriman Menggunakan Model Persediaan Terintegrasi Untuk Perishable Product Dalam Supply Chain Multi-eselon (Studi Kasus Di Tika Bakery)

    Full text link
    Sepanjang persaingan dalam dunia industri semakin kuat, supply chain management menjadi halyang sangat penting. TIKA Bakery yang secara terus menerus memproduksi roti selalu berusaha untukmemenuhi permintaan konsumen dengan cepat, murah, dan kualitas produk yang tetap terjamin. Untukmencapai tujuan tersebut TIKA Bakery tidak dapat melakukannya sendiri, melainkan harus bekerja samadengan pedagang rotinya dan Trijaya Niaga Distributor selaku supplier tepung terigu. Agar koordinasidan kerjasama dalam satu supply chain tersebut tidak terjadi perbedaan dan konflik yang merugikan satusama lain, diperlukan suatu kebijakan integrasi supply chain, dimana dalam penelitian ini adalahkebijakan dalam hal aliran material. Produk yang dihasilkan TIKA Bakery termasuk perishable product,oleh karena itu faktor yang berpengaruh terhadap habisnya persediaan tidak hanya permintaan tetapi jugakerusakan. Untuk itu diperlukan suatu kebijakan pengiriman untuk mendukung pengelolaan persediaanroti TIKA Bakery. Hsin Rau, dkk pada tahun 2003 mengembangkan sebuah model yang menggabungkantiga konsep, yaitu model persediaan untuk deteriorating item, sistem persediaan multi-eselon, danintegrasi supply chain. Dengan menggunakan model tersebut dihasilkan suatu usulan kebijakanpengiriman, yaitu frekuensi pengiriman bahan baku dari Trijaya Niaga Distributor ke TIKA Bakeryadalah 16 kali pengiriman, frekuensi pengiriman roti dari TIKA Bakery ke pedagang adalah 25 kalipengiriman selama satu bulan. Selain itu kebijakan pengiriman tersebut memberikan keuntungan,diantaranya yaitu jumlah roti yang kembali ke TIKA Bakery karena rusak berkurang dari 28% menjadi3,47%.Kata kunci: kebijakan, multi-eselon, perishable, integrasi As the industrial environment becomes more competitive, supply chain management has becomeessential. TIKA Bakery which continuously produces bread always tries to fulfil consumer demand in fast,cheap and well guaranteed products quality. To reach the target TIKA Bakery cannot do it alone, theyhave to work on a cooperative basis with TIKA Bakery\u27s bread retailers and Trijaya Niaga Distributor aswheat flour supplier. In order to avoid conflict and difference between one another in cooperation andcoordination of supply chain which can harm one another, they need an integration supply chain policy,which in this research is policy in the case of material stream. TIKA Bakery\u27s products includedperishable product, therefore factor that having an effect to the inventory not only the demand but alsothe damage. Because of that, need a delivery policy to support inventory management in TIKA Bakery.Hsin Rau, et al in 2003 developing a model joining three concepts, there are inventory model forperishable product, multi-echelon inventory system, and integration supply chain. By using the model thatresult a proposal in delivery policy, those are frequency delivery of raw material from Trijaya NiagaDistributor to TIKA Bakery is 16 delivery times and frequency delivery of bread from TIKA Bakery to theretailers is 25 delivery times during one month. In addition, the delivery policy gives profit, which is thequantity of bread that return to TIKA Bakery is decrease from 28% to 3,47%

    Pengembangan Model Matematis Untuk Optimasi Perencanaan Produksi Minuman Marimas

    Full text link
    PT Ulam Tiba Halim merupakan salah satu industri minuman serbuk di Indonesia, dimana salah satu produknya adalah minuman serbuk dengan merk Marimas. Kebijakan perencanaan produksi yang dilaksanakan di PT Ulam Tiba Halim selama ini didasarkan pada suatu target produksi yang ditetapkan oleh bagian Pemasaran. Target produksi tersebut merupakan hasil dari peramalan dan tidak mempertimbangkan kapasitas produksi yang tersedia di Perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu model matematis perencanaan produksi yang dapat mengatasi ketidakseimbangan dalam proses perencanaan produksi, serta dapat memenuhi sejumlah tujuan yang ingin dicapai oleh Perusahaan. Model matematis Goal Programming yang dikembangkan terlihat lebih realistis dalam menggambarkan sistem nyata, karena mampu menyertakan multi tujuan yang ingin dicapai dalam perencanaan produksi. Dengan demikian, pencapaian dari satu tujuan tertentu tidak berdampak pada tidak terpenuhinya tujuan yang lain. Selanjutnya, perencanaan produksi yang optimal secara menyeluruh diharapkan dapat tercapai melalui penerapan model Goal Programming

    Optimasi Cutting Stock Pada Industri Pemotongan Kertas Dengan Menggunakan Metode Integer Linear Programming (Studi Kasus Di Bhinneka – Semarang)

    Full text link
    In paper cutting industry, cutting stock problem (CSP) is a problem about how to cutting paper depends on quantity and specify of the demand. CSP related with dimension of pieces and rectangle which is use. In this research, we use one type dimension of rectangle and six type dimension of pieces and cutting all paper by two stage guillotine pattern. The major focus of this research is to formulate the paper cutting problem using integer linear programming. Cutting large objects into small pieces can be found in many industries. Inevitably, the cutting processes produce trim loss. On the rectangle we can put some different dimension of pieces then we can make certain pattern. The modification pattern have to produce minimum trim loss. Thus to develop optimal cutting pattern to reduce trim loss is the main purpose of this research. To reach that, we use branch and bound algorithm then continued with sensitivity analysis. From the research, we get optimum patten of paper cutting and quantity production for that pattern. Decision for quantity production depends on average demand every day. Beside that, we also give some alternative rules of production system which can take by the company

    Model Simulasi Pengalokasian Jumlah Montir Perawatan Mesin Di PT. Istw Semarang

    Full text link
    Untuk meningkatkan performansi sistem produksi maka diperlukan adanya sistem perawatan yang baik untuk mesin-mesin produksi. Sehingga kemungkinan terjadinya kerusakan mesin pada saat proses produksi berlangsung dapat ditekan seminimal mungkin. Perawatan dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu perawatan jenis preventive dan perawatan korektif. Perawatan preventive dilakukan secara berkala untuk memperpanjang umur mesin dan juga untuk mencegah terjadinya breakdown pada mesin produksi pada saat sedang digunakan. Sedangkan perawatan korektif dilakukan hanya pada saat mesin produksi mengalami kerusakan. Dalam Kenyataannya, terkadang mesin produksi tetap akan mengalami breakdown pada saat proses produksi berlangsung meskipun telah dilakukan perawatan preventive pada mesin tersebut. Untuk kerusakan seperti itu diperlukan penanganan secepatnya agar proses produksi tidak terhenti terlalu. Peran montir sangat penting untuk menangani breakdown mesin. Dengan adanya sistem perbaikan yang baik maka mesin produksi dapat segera diperbaiki dan kerugian karena kerusakan mesin dapat dikurangi. Penelitian ini menyajikan suatu model simulasi yang menggambarkan beberapa sistem penugasan montir. Cara yang pertama adalah penugasan montir tanpa memperhatikan prioritas kerusakan dan jumlah yang dialokasikan sama untuk setiap kerusakan. cara kedua adalah,penugasan montir dengan memperhatikan prioritas kerusakan dan jumlah alokasi montir sama untuk setiap kerusakan. Cara ketiga adalah penugasan montir dengan memperhatikan prioritas kerusakan dan alokasi montir yang disesuaikan dengan tingkat kerusakan yang akan diperbaiki.Dari analisa output didapatkan hasil bahwa dengan menggunakan cara penugasan montir yang pertama didapatkan hasil jumlah pipa baja yang dihasilkan adalah 343.308 batang pipa. Dengan cara penugasan yang kedua didapatkan hasil sebanyak 345.614 batang pipa. Dan dengan cara penugasan yang ketiga hasil yang didapatkan adalah 353.263 batang pipa baja

    Perancangan Meja Dan Kursi Anak Menggunakan Metode Quality Function Deployment (Qfd) Dengan Pendekatan Athropometri Dan Bentuk Fisik Anak

    Full text link
    Meja dan kursi anak merupakan suatu sarana pendukung yang sangat penting dalam kelancaran pelaksanaan proses belajar anak. Ketidakserasian antara meja dan kursi dengan ukuran tubuh anak merupakan salah satu kendala dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Akibat dari meja dan kursi yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh anak dapat mengakibatkan anak cepat mengalami kelelahan. Penelitian ini membahas perancangan dan pengembangan produk meja dan kursi anak sesuai dengan anthropometri (ukuran tubuh manusia) dan bentuk fisik anak untuk menghasilkan rancangan kursi yang ergonomis untuk mengantisipasi adanya ketidakserasian antara meja kursi dengan ukuran tubuh anak. Metode yang digunakan dalam perancangan dan pengembangan meja dan kursi ini adalah metode Quality Function Deployment (QFD). Metode QFD merupakan suatu proses atau mekanisme terstruktur untuk menentukan kebutuhan pelanggan dan menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan itu ke dalam kebutuhan teknis yang relevan. Metode QFD memiliki empat (4) fase yaitu fase perencanaan produk (product planning), perancangan produk (design product), perencanaan proses (process planning) dan perencanaan pengendalian proses (process-control planning). Dalam penelitian ini hanya dilakukan hingga fase ke-3 yaitu fase perencanaan proses. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini berupa gambar rancangan meja dan kursi anak

    Pengembangan Sistem Informasi Pengukuran Performansi Biaya Dan Jadwal Proyek (Studi Kasus Di PT Hutama Karya Wilayah IV Jawa Tengah, D.i.y Dan Kalimantan)

    Full text link
    Metode pengendalian proyek yang dipakai oleh PT Hutama Karya saat ini adalah metode analisis variansi. Metode ini mampu menjawab pertanyaan apakah pelaksanaan proyek sesuai dengan anggaran atau jadwal, namun belum mampu mengungkapkan performansi kegiatan secara terpadu antara biaya dan jadwal. Implementasi metode analisis variansi saat ini dilakukan dengan cara manual menggunakan Microsoft Excel. Dengan cara ini terdapat banyak kelemahan, selain prosedurnya sulit juga memungkinkan terjadinya kesalahan baik dalam pembuatan formulasi maupun saat proses up date. Dalam melakukan pengendalian proyek perlu dilakukan perkiraan biaya akhir proyek, saat ini perhitungan juga masih dilakukan dengan manual. Dewasa ini banyak tersedia software pengendalian proyek, namun Perusahaan enggan membelinya karena dinilai tidak customize. Penelitian ini menghasilkan sebuah sistem yang mempermudah pengukuran performansi proyek secara terpadu dengan metode nilai hasil (earned value). Adapun kemampuan sistem ini adalah membantu mempercepat pembuatan formulasi nilai hasil dan kurva-S, mempercepat proses pembagian distribusi keselesaian pekerjaan, mempercepat proses pencarian data untuk update progress, mempercepat poses perhitungan indikator earned value, variansi serta indeks kinerja biaya dan jadwal proyek, mempercepat pembuatan perkiraan biaya akhir proyek dengan memperhatikan kecenderungan performansi proye
    corecore